Rabu, 31 Desember 2014

Story of The Science Seekers


Tragedi musim panas #1 Dengan hati yang dilanda kegundahan ditemani gemercik hujan yang turun perlahan dan nampak jelas membasahi seluruh jalan,pohon dan sesekali mengibas masuk dalam mobil. Tumben sore itu hujan, ketandusan yang ada sedikit tersegarkan. Tuti berpikir panjang dan terus berpikir,”apa aku harus ikut?” katanya dalam hati. Sementara ditengah kegundahannya,Tuti memutuskan untuk pulang ke kampuung halaman. Begitu rindunya dengan keluarga, saudara saudaranya dan dengan halamannya yang asri,dengan rayuan pedesaan yang masih tegar memamerkan keindahannya.Di ujung hujan sore itu ada warna indah yang terbias kematanya, tujuh warna dengan kelengkungan sempurna menciptakan sihir kekaguman. Ia begitu jauh dibalik gunung sana,namun citra mengagumkan itu memberi kesan nan nyaman meski berada diatas mobil yang berdesakan dengan penumpang dan barang yang tak terelakkan harus menyandari sela-sela mobil.Sesampainya di rumah, Ia tatap baik-baik pelosok ruangan yang ada, begitu lama dia tidak pulang. Mama,papa dan adik adiknya menyambut dengan kerinduan, ada senyum yang mengambang dan tergurat di pipi mereka.“Bawa laptopmu tidak?” begitu cekatan adiknya meraih tas Tuti dan membawa tas itu masuk kekamarnya. Dia paling suka nguntilin isi laptop Tuti. “iya ada,kan kemarin kamu pesan mau dibawain,sekalian tuh ada games terbarunya” kata Tuti.Hari-hari Tuti rasanya lebih indah dan nyaman saat berkumpul bersama dengan keluarganya,jauh dari kesibukan kampus,kursusan,dan tugas, rasanya ingin merefresh pikirannya itu. Tapi, tiba-tiba teringat dengan niatnya yang ingin terus belajar, Tuti berpikir kenapa dirinya terus bersantai santai disini,sedang temannya di kejauahan kota sana sedang bergemuruh semangatnya untuk ikut kegiatan kemah musim panas, pastinya disana banyak pelajaran dan pengalaman yang bisa mereka dapatkan,apalagi tarafnya lebih tinggi dari kemah biasanya,disana diwajibkan menggunakan full English.Embun pagi masih membasahi dedaunan,matahari masih berusaha bangkit untuk menghangatkan bumi. Setelah pekerjaan rumah Tuti semuanya sudah beres, dia menghanyutkan dirinya dengan melantunkan ayat ayat suci yang merupakan wahyu Allah Azza wa Jalla yakni Al- Qur’an.Matahari kian terik, ia berencana memberi tahu kepada orang tuanya bahwa besok pagi-pagi ia harus kembali ke kota tempat ia menuntut ilmu. Dengan begitu berat,bibirnya terasa kaku untuk mengeluarkan kata itu,karena ia tahu pasti bahwa keluarganya masih rindu dengan dirinya, tapi ia tetap pada rencana awalnya “Ma,pa, besok aku sudah harus pulang. Aku mau mengikuti kemah musim panas besok pagi, sebenarnya kemahnya dimulai kemarin,tapi aku pulang kampong dulu”celotehnya tanpa spasi. “kalau begitu kita buat kue yuk untuk kamu bawa pulang” tukas mam Tuti. Dia tahu mamanya pasti berat mengatakan hal itu dengan mudah,jelas nampak guratan senyum sedikit kecewa diwajahnya. Namun orang tua Tuti mengerti tentang semangat belajar anaknya itu.Dalam sujudnya ia berdoa semoga Allah meneguhkan dan mengistiqomahkan dirinya dalam menuntut ilmu,ia berharap kelak dengan usahanya sekarang ia bisa membahagiakan orang tua yang dengan segenap kemampuannya mendukung setiap langkahnya. Satu pesan orang tuanya “jaga dirimu,jadi dirimu sendiri dan kenali dirimu”Seorang bijak mengatakan “saat kau mengenali dirimu,kamu akan mengenali Tuhanmu”.Dan ada juga yang berkata“Janganlah malas dan suka marah, karena keduanya adalah kunci segala keburukan. Barang siapa yang malas, ia tidak akan dapat melaksanakan hak (orang lain), dan barang siapa yang suka marah, maka ia tidak akan sabar mengemban kebenaran”. Dan Tuti paling tidak suka dengan kata Malas itu,walau terkadang semangatnya untuk melakukan sesuatu sangat kurang,tapi Tuti tetap yakin bahwa itu bukan kemalasan,tapi itu adalah proses,dimana semangat yang kurang itu akan tumbuh menjadi semangat yang terpancar begituh penuh. Selama masih ada niat,maka jalan pasti akan terbuka. Dan kembali lagi, niat itu tentunya untuk jalan kebaikan.Esoknya ia kembali ke kota, ia bergegas menuju tempat perkemahan, saking buru-burunya Tuti tidak mandi dan tidak ber make-up sama sekali.Kakinya gemetaran saat memasuki gerbang Temmausing,tempat ia dan teman-temannya mengadakan perkemahan musim panas. Dilihatnya suasana yang penuh keakraban dan penuh semangat belajar, ia bergegas melapor pada  panitia untuk bisa bergabung pada perkemahan itu. Dan akhirnya ia menghela nafas lega bisa diizinkan bergabung. 
( Bersambung )  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar