Senin, 15 Juni 2015

Sajak Untukmu

Hai anak adam
Adakah aku temukan lelaki seperti engkau
Diwaktu nanti
Mungkin kita bersamakah?
Ataukah
Apa engkaulah yang hawa rindukan?

Gejolak tanya menggencar rasa
Ingin kusapa
Namun kursakan malu
kau terlalu jauh
Cobalah sedikit disisku.

Hai anak adam
Kau usik hati dengan diammu
Rasaku lunglai diterpa harap
Meski harapku harap membisu.
Angin dekap ragaku
Ia semai kasih berisyarat
Petala cinta pun tak luput dari kisah.

Rabu, 31 Desember 2014

Story of The Science Seekers


Tragedi musim panas #1 Dengan hati yang dilanda kegundahan ditemani gemercik hujan yang turun perlahan dan nampak jelas membasahi seluruh jalan,pohon dan sesekali mengibas masuk dalam mobil. Tumben sore itu hujan, ketandusan yang ada sedikit tersegarkan. Tuti berpikir panjang dan terus berpikir,”apa aku harus ikut?” katanya dalam hati. Sementara ditengah kegundahannya,Tuti memutuskan untuk pulang ke kampuung halaman. Begitu rindunya dengan keluarga, saudara saudaranya dan dengan halamannya yang asri,dengan rayuan pedesaan yang masih tegar memamerkan keindahannya.Di ujung hujan sore itu ada warna indah yang terbias kematanya, tujuh warna dengan kelengkungan sempurna menciptakan sihir kekaguman. Ia begitu jauh dibalik gunung sana,namun citra mengagumkan itu memberi kesan nan nyaman meski berada diatas mobil yang berdesakan dengan penumpang dan barang yang tak terelakkan harus menyandari sela-sela mobil.Sesampainya di rumah, Ia tatap baik-baik pelosok ruangan yang ada, begitu lama dia tidak pulang. Mama,papa dan adik adiknya menyambut dengan kerinduan, ada senyum yang mengambang dan tergurat di pipi mereka.“Bawa laptopmu tidak?” begitu cekatan adiknya meraih tas Tuti dan membawa tas itu masuk kekamarnya. Dia paling suka nguntilin isi laptop Tuti. “iya ada,kan kemarin kamu pesan mau dibawain,sekalian tuh ada games terbarunya” kata Tuti.Hari-hari Tuti rasanya lebih indah dan nyaman saat berkumpul bersama dengan keluarganya,jauh dari kesibukan kampus,kursusan,dan tugas, rasanya ingin merefresh pikirannya itu. Tapi, tiba-tiba teringat dengan niatnya yang ingin terus belajar, Tuti berpikir kenapa dirinya terus bersantai santai disini,sedang temannya di kejauahan kota sana sedang bergemuruh semangatnya untuk ikut kegiatan kemah musim panas, pastinya disana banyak pelajaran dan pengalaman yang bisa mereka dapatkan,apalagi tarafnya lebih tinggi dari kemah biasanya,disana diwajibkan menggunakan full English.Embun pagi masih membasahi dedaunan,matahari masih berusaha bangkit untuk menghangatkan bumi. Setelah pekerjaan rumah Tuti semuanya sudah beres, dia menghanyutkan dirinya dengan melantunkan ayat ayat suci yang merupakan wahyu Allah Azza wa Jalla yakni Al- Qur’an.Matahari kian terik, ia berencana memberi tahu kepada orang tuanya bahwa besok pagi-pagi ia harus kembali ke kota tempat ia menuntut ilmu. Dengan begitu berat,bibirnya terasa kaku untuk mengeluarkan kata itu,karena ia tahu pasti bahwa keluarganya masih rindu dengan dirinya, tapi ia tetap pada rencana awalnya “Ma,pa, besok aku sudah harus pulang. Aku mau mengikuti kemah musim panas besok pagi, sebenarnya kemahnya dimulai kemarin,tapi aku pulang kampong dulu”celotehnya tanpa spasi. “kalau begitu kita buat kue yuk untuk kamu bawa pulang” tukas mam Tuti. Dia tahu mamanya pasti berat mengatakan hal itu dengan mudah,jelas nampak guratan senyum sedikit kecewa diwajahnya. Namun orang tua Tuti mengerti tentang semangat belajar anaknya itu.Dalam sujudnya ia berdoa semoga Allah meneguhkan dan mengistiqomahkan dirinya dalam menuntut ilmu,ia berharap kelak dengan usahanya sekarang ia bisa membahagiakan orang tua yang dengan segenap kemampuannya mendukung setiap langkahnya. Satu pesan orang tuanya “jaga dirimu,jadi dirimu sendiri dan kenali dirimu”Seorang bijak mengatakan “saat kau mengenali dirimu,kamu akan mengenali Tuhanmu”.Dan ada juga yang berkata“Janganlah malas dan suka marah, karena keduanya adalah kunci segala keburukan. Barang siapa yang malas, ia tidak akan dapat melaksanakan hak (orang lain), dan barang siapa yang suka marah, maka ia tidak akan sabar mengemban kebenaran”. Dan Tuti paling tidak suka dengan kata Malas itu,walau terkadang semangatnya untuk melakukan sesuatu sangat kurang,tapi Tuti tetap yakin bahwa itu bukan kemalasan,tapi itu adalah proses,dimana semangat yang kurang itu akan tumbuh menjadi semangat yang terpancar begituh penuh. Selama masih ada niat,maka jalan pasti akan terbuka. Dan kembali lagi, niat itu tentunya untuk jalan kebaikan.Esoknya ia kembali ke kota, ia bergegas menuju tempat perkemahan, saking buru-burunya Tuti tidak mandi dan tidak ber make-up sama sekali.Kakinya gemetaran saat memasuki gerbang Temmausing,tempat ia dan teman-temannya mengadakan perkemahan musim panas. Dilihatnya suasana yang penuh keakraban dan penuh semangat belajar, ia bergegas melapor pada  panitia untuk bisa bergabung pada perkemahan itu. Dan akhirnya ia menghela nafas lega bisa diizinkan bergabung. 
( Bersambung )  

Senin, 29 Desember 2014

My Story My Experience

Sebuah kisah hidup tentang pujangga yang menemukan Cinta Sejati.
Betapa luas angan wanita ini tentang cinta, kamar hatinya ia buka dan dihapuskannya kata tutup. Naas, karena bodohnya menempatkan hatinya begitu saja,ia seringkali sakit hati. Berjalan mengiringi kisah, kata-kata cinta bertebaran membisik telinganya. Ia terlena akan sosok laki-laki yang begitu mempesona,begitu baik,begitu pengertian,begitu sempurna dimatanya. Namun anehnya orang lain tidak mengenali  bahkan tidak bisa melihat laki-laki itu. bukan tanpa alasan kenapa orang-orang tidak pernah bertegur sapa dengan laki-laki pujaannya,karena sebenarnya laki-laki itu hanya ada di dunia sang wanita. Dia terlena dan terpenjara oleh kisah maya, cerita fantasinya. Terlelap dalam kefanaan begitu lama, ia bagaikan berjalan dalam tidur menjalani hari harinya. Bayangan sang pujaan selalu ada meski raganya sungguh tak pernah ada. Sekiranya rasa kasihan melihat dirinya bak sepuing kehidupan yang tak hidup. Kisahnya berubah ketika ia bertemu dengan mereka para pejuang merah. Langkah sempoyongan karena jerat rantai maya membelenggu akhirnya menjadi butiran debu. Ia sedikit melihat cahaya. Keindahan hidup baru ia rasa ketika melepas beban yang mengusik jiwa raganya. Prosesnya menghadirkan cahaya, mendatangkan ketenangan, suka duka baginya sama, ia adalah proses yang akan membentuk dirinya, proses yang akan menjawab pertanyaannya,proses yang ternyata adalah indah. Ia temukan bahwa keindahan adalah hidup itu sendiri, hidup yang penuh cerita, suka duka, senang sedih, gampang susah, dan lainnya, yang dimana semua merupakan salah satu cara mendekatkan dan membuktikan cinta kita pada Sang Maha Cinta. Belenggu tidak akan pernah berhenti menjerat ketika kita tidak sadar dan tidak kenal siapa diri ini sebenarnya. Untuk mengetahui indahnya hidup, maka jalani dengan indah pula. Astuti Inrayani

Senin, 22 Desember 2014

Tarian Alam


Dekapan alam
Cipt: Astuti Inrayani Aras

Sadarkan dirimu!
saat alam telah berbicara
bagaimana kaum menindasnya
jeritannya begitu nyata
terdengar begitu memilukan.
Tingkah siapa?
Laku siapa?
Hinggah semilir angin membawa luka
Tak tertahan rayuan sang hijau
Gemuruh berdentuman
Gunungpun tak sanggup menahan nafasnya
Hingga tangis membakar  hati dan jiwa
Oh alam, engkau telah menyampaikan salam kepedihanmu
Kepada kami  yang tak bisa merangkai pesonamu.
Akan kah kami sadar dengan semua ini?
Ataukah sebagian kami apatis dan masa bodoh?
Sungguh hasrat dan rayuan laknat telah membelenggukan kami
Dalam kebejatan dan ketidakpedulian

embrace nature
Cipt : Astuti Inrayani Aras

Knocked yourself !
when nature has spoken
how the oppressive
screams so real
sounded so heartbreaking .
Behavior whom?
Behavior whom?
Hinggah breeze carries the wound
Irresistible seduction of the green
rumble berdentuman
Gunungpun could not hold his breath
Until tears burning heart and soul
Oh nature , you have expressed your pain greetings
To us who can not compose charm .
Will be whether we are aware with all of this ?
Or most of our apathy and indifference ?
It's passion and seduction anathema have shackle us
In depravity and indifference


Jumat, 19 Desember 2014

Alunan jari jemari berhati

Lautan Cinta
By Astuti Inrayani

Cinta, itu kau dengan penuh cerita
itulah kau dengan pesona
Dekapanmu nyata terasa.
siapapun rasakan belaianmu
siapapun menanti kasihmu.
Daku ingin mengejewantahkanmu
inginku persembahkan hidup penuh cinta
cinta OlehNya padaku

cinta, semua orang memujimu
namun Cinta,
salahlah mereka yang menyalahkan artimu
hinalah mereka yang menghinakanmu

Cinta, kau anugrah sang Maha Cinta
kau suci lebih putih dari gumpalan salju
lebih tenang dari muara sungai 
lebih kuat dari gempuran ombak
lebih tegar dari batu karang
kau, begitu bersemangat melebihi kobaran api.

Cinta, 
kau hidupkan yang mati
kau matikan yang hidup
keindahan adalah kehidupan itu sendiri
hidup yang penuh kata cinta.

Kamis, 18 Desember 2014

For you "MOM"


   Ibu
Cipt : Astuti inrayani

Ibu
Betapa besar kasihmu
Sungguh mulia hatimu

Sebening tetesan embun pagi
Secerah sinar mentari
Kehangatan merasuk dari dekapan

Kupandangi raut wajah ibu
Penuh dengan harapan
Harapan
Kelak anakmu ini menjadi sosok yang membanggakan

Betapa besar budimu
Berapa banyak doamu
Hanya untukku

Oh ibuku
Engakau wanita tegar
Yang tak perna meneteskan air mata pilu di hadapanku
Tak perna mengeluh atas tingkahku
Tingkah durhaka anakmu ini

Maafkan aku yang bodoh ini
Aku yang selalu menggores kepedihan
Luka dan duka di hati ibu

Pengorbananmu tanpa balas jasa
Apakah balasan yang pantas untuk sosok wanita yang mengandungku
Melahirkanku
Merawatku
Membesarkanku
Dengn kelembutan kasih
Tanpa keluh dan kesah
Siang malam penuh derita
Demi diriku



Jumat, 28 November 2014

Galau Kebenaran


Diam
Cipt : Astuti Inrayani

Saat rasa itu tiba
Kabut menyelimuti hati
Putih berselubung dalam jiwa
Terpenjara  oleh rasa
Rantai mengurung daku
Pada penjara kematian

Dalam diamku termenung
Bibirku bungkam dari suara tangis
Menyeka luka kepedihan

Bulan menanti matahari runtuh
Selalu..
Tapi mengapa bulan tak sanggup menunggu sapa candaku?

Reruntuhan pilu membuatku diam
Diam dalam tafakur
Secercah sinar tak mampu ku terima
Ku telah kehilangan makna

Tapi…
Latar cinta ini akan kutulis dan ku kenang
Sebagai lengan sejarah
Dalam diam galau kebenaran